Rabu, 27 Januari 2010

Let's Pray!

Katanya, doa adalah nafas hidup orang Kristen. Tapi apakah kita sudah terbiasa untuk berdoa secara rutin?

Katanya, doa itu besar kuasanya. Tapi apakah dalam kesibukan dan kepanikan kita (misalnya dalam pelayanan, dalam menghadapi masalah hidup, dsb) kita tetap ingat untuk berdoa?

Ketika orang punya masalah, kita kadang gak bisa bantu secara nyata. Kita seringkali berkata, ”Sori gw ga bisa bantu euy, tapi ntar gw doain yaaaa..”. Apakah benar setelah itu kita berdoa buat orang tersebut?


Doa ituuuu...paling gampang dijanjikan, paling gampang diucapkan, tapi paling susah untuk dilakukan secara rutin dan khusyuk, tul gak?

Roma 12:11-12 bilang ”Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa.”

Dalam pelayanan kita, dalam pergumulan hidup kita---di luar segala kekurangan kita---, pastinya udah banyak yang kita lakukan bukan? Mari kita juga bawa semua itu dalam doa, karena tanpa penyertaan Tuhan, ”sia-sialah orang membangun rumah”. Secape apapun kita mengerjakan sesuatu, tapi kalo kita gak menyerahkan semuanya ke Tuhan, apa jadinya pekerjaan kita? Bisa aja pelayanan atau pekerjaan perfect banget secara teknis, tapi gak menyentuh hati. Atau kalo hasilnya gak memuaskan, tetep aja...gak memuaskan n gak berasa ada berkat atau pelajaran bermakna di situ. Yang ada mungkin cuma rasa kecewa dan kesel,a atau bisa jadi timbul keinginan untuk memperbaiki kondisi dengan kekuatan sendiri tanpa campur tangan Tuhan.

Pastinya dengan penyertaan Tuhan, segala usaha kita akan lebih bermakna dan diberkati. Bahkan Tuhan akan menyempurnakan segala pekerjaan kita jauh melebihi apa yang pernah kita bayangkan! :D Gak cuma bikin puas diri sendiri, tapi apapun yang kita lakukan bisa jadi berkat buat orang lain. Mungkin hasilnya sederhana, gak heboh, tapi dijamin dah kalo pake doa beda rasanya :)

Sooo, let’s PUSH (pray until something happen)! Let’s do the best, and God will do the rest!

[be]

Sabtu, 16 Januari 2010

PENGGUNAAN ISTILAH ALLAH- bagian I

Sempat bertanya-tanya kenapa di Malaysia heboh dengan adanya penggunaan istilah "Allah" oleh orang non-Muslim? Agar kita lebih paham mengenai 'kehebohan' tsb namun tidak ikut terprovokasi atau kebingungan, akan jauh lebih baik kalau kita paham mengenai istilah Allah tersebut secara benar. Bukankah menurut 'saudara sepupu' kita, seharusnya kita adalah 'ahli Kitab'? Mudah-mudahan hal itu masih benar adanya sampai saat ini! :)

Dari sudut bahasa, kalimat "Allâh" berasal dari dua kata: al, dan ilâh. Al adalah kata sandang (banding bahasa Inggeris; the), dan ilâh bererti: “yang kuat”, dewa, dll. Dalam bahasa-bahasa Semitik, kata ini menunjuk pada kuasa yang ada di luar jangkauan manusia, yaitu pada dewa atau tuhan. Sudah di zaman pra-Islam, al-ilâh telah disambung menjadi Allâh. Dan dalam agama orang-orang Arab pra-Islam, kata ini digunakan untuk menunjuk pada dewa yang paling tinggi di antara dewa-dewa yang lain yakni, Pantheon yang masing-masing mempunyai namanya sendiri. Namun kata Allâh itu sendiri bukan NAMA illah/allah/dewa terbesar tersebut.

Dengan demikian, kata Allâh sudah ada dalam bahasa Arab sebelum Islam dalam zaman jahiliyyah atau zaman politheisme. Dan kalimat itu pun bukan ciptaan orang Islam, dan tidak baru muncul dalam Al-Qur'ân Al-karîm, melainkan, dari sudut bahasa, ia merupakan kata biasa dalam bahasa Arab lepas dari ikatan dengan salah satu agama tertentu. Contohnya,nama bapa nabi Muhammad sendiri ialah ‘Abdullah’ yakni bermaksud hambanya Allah. Akan tetapi ayah Muhammad itu tidak pernah melihat anaknya Muhammad kerana Abdullah sendiri telah meninggal dunia sebelum Muhammad lahir. Agama yang dianuti bapa Muhammad itu adalah agama keberhalaan yaitu menyembah dewa-dewi suku Arab Kuraisy dan Allah juga adalah Tuhan mereka.

Secara etimologi dan semantik, istilah Allah ini terdapat pula dalam beberapa bahasa-bahasa Semitik yang lain, mulai dengan bahasa Assyria dan Babylonia sampai bahasa Phoenicia di Ugarit, dan pula dalam bahasa Ibrani dan Suryani (Syria/Syam) atau Aramik yang luas digunakan di Timur Tengah sejak abad ke-5 sebelum Masihi sampai masa meluasnya agama Islam dan bahasa Arab pada abad ke-7 Masihi. Akar kata ini yang terdapat dalam bahasa-bahasa itu ialah dua konsonan, yakni alif dan lam (' l), dan ucapannya yang lengkap dengan huruf hidup adalah sesuai dengan gaya phonetik masing-masing bahasa, umpamanya 'el dalam bahasa Ibrani dan 'il dalam bahasa Arab.

...bersambung...
(sumber utama: www.ladangtuhan.com)

[be]