Sabtu, 07 Agustus 2010

KPI


Kebaktian Penyegaran Iman yang dilaksanakan pada Minggu pertama setiap bulan ini tak lain merupakan kebaktian Umum 3 yang dipoles sedemikian rupa oleh kerjasama antara U1 MJ, KM, KK, dan tentu saja KP. Liturgi yang digunakan sebenarnya sama dengan liturgi kebaktian umum seperti biasa. Bagian yang kami sentuh adalah pada sisi lagu-lagu yang dinyanyikan, gubahan musik pengiring, hadirnya seorang Liturgos yang memandu jemaat dalam ibadah, serta mungkin persembahan pujian dari VG atau Choir Cibunut bahkan dari Gereja lain. Namun bila pada Minggu yang bersangkutan diadakan liturgi khusus, seperti Perjamuan Kudus, Minggu Advent, Pra-Paskah, atau lainnya, KPI ini akan ditiadakan dan ibadah akan mengikuti liturgi yang telah ditetapkan.

KP sangat berharap dengan dilaksanakan KPI ini, semakin banyak jiwa muda yang terpanggil untuk datang ke kebaktian Minggu dan dapat menikmati hadirat Tuhan sehingga imannya disegarkan kembali. Selain itu, persekutuan di antara pemuda pun diharapkan dapat semakin akrab dan lebih memperhatikan satu sama lain. Lalu mengapa tidak diadakan kebaktian terpisah khusus bagi pemuda? Hmm... bukan ‘tidak’, tetapi ‘belum’. Saat ini masih dirasakan beberapa kendala, seperti kekurangan SDM, mencari waktu yang tepat, dsb. Karena itu sangat dimohon dukungan dari jemaat sekalian, baik dalam doa, ide, maupun tenaga untuk mendukung KP melaksanakan kebaktian Minggu yang lebih baik.


Foto: Kevin (Ketua KP GKI TC) dan Yugo (Ketua KP GPIB Bethel) pada KPI Minggu, 2 Mei 2010

YOUTH WITH OTHERS: Why Football?


Pada hari Minggu 6 Juni 2010 yang lalu, demam piala dunia mulai merebak di gereja kita. Sebuah tim yang bergerak dalam kegiatan sepak bola berbagi cerita kepada para pemuda di Cibunut mengenai sepak bola yang bisa mengubah dunia. Acara ini dihadiri juga oleh pemuda GPIB Maranatha dan GPIB Bethel (sayangnya tim sepak bola Cibunut malah gak dateng…kamarana yeuh??). Olah raga selama ini sering menjadi alat pemersatu bagi berbagai pihak yang bertikai, bahkan orang yang tidak kenal satu sama lain pun bisa saling kenal dan suportif cuma gara-gara mendukung sebuah tim yang sama. Di Afrika Selatan, perlambang kuatnya apartheid semakin luntur sejak Nelson Mandela menggunakan seragam kapten tim rugby Afrika Selatan yang berkulit putih ketika menyerahkan piala kejuaraan dunia tahun 1995, padahal dulunya olah raga tersebut bisa dikatakan eksklusif untuk orang kulit putih di Afrika Selatan. Moment tersebut menjadi moment yang tidak terlupakan dalam sejarah olah raga dan kemanusiaan sampai saat ini. Namun dari sekian banyak jenis olah raga yang ada di muka bumi, rasanya cuma sepak bolalah yang memiliki jumlah penggemar cukup merata di seluruh negara dan berbagai golongan dan sangat mampu membuat perbedaan di dunia. Lihat saja kondisi saat Piala Dunia berlangsung, rasanya tidak ada hari tanpa nonton bola!

Lewat sepak bola kita dapat melihat dan melatih mental pemainnya. Dengan demikian, secara tidak langsung kita dapat membangun karakter yang positif di tengah-tengah para pemain. Hal tersebut otomatis berdampak dalam kehidupan sehari-hari pemain di luar lapangan hijau, misalnya saja sifat sportif dan kerja tim yang solid. Berbagai klub sepak bola besar dunia bermula dari adanya pelayanan gereja yang tergerak melihat banyak anak-anak sekitar gereja yang senang bermain sepak bola namun tidak memiliki wadah untuk menampung bakatnya. Banyak pelayanan tersebut yang akhirnya berubah menjadi klub sepak bola profesional dunia dan mampu mengubah hidup orang-orang di dalamnya menjadi sukses.

Lewat sharing tersebut diharapkan pemuda bisa kreatif untuk melayani dan mengubah hidup sesama menjadi lebih baik, tidak hanya menyimpan kebaikan Tuhan untuk diri sendiri tapi menyalurkannya untuk banyak orang. Kegiatannya bisa saja di luar sepak bola, namun yang pasti jangan lupa untuk membawa semuanya untuk Tuhan dan bukan hanya untuk sekedar bersenang-senang. Dengan memiliki kecintaan kepada Tuhan tentu pelayanan bisa terasa menyenangkan, karena di balik semua kerja keras yang harus dilakukan ada tujuan akhir yang layak untuk dikejar. All for JC! :)

Senin, 02 Agustus 2010

BICARA SOAL KEBENARAN

Renungan Fellow News Selasa 29 Juni 2010...

"The truth may upset you at first but it will ultimately set you free (kebenaran mungkin awalnya akan membuat Anda kecewa, namun pada akhirnya akan membebaskan Anda)" .-A.R. Bernard-

Kadang kebenaran tidak mudah diucapkan, dan ketika diucapkan kadang mengganggu kenyamanan hidup kita. Namun jika kita berani mengungkapkan kebenaran, pada akhirnya hal tersebut akan membuat hidup lebih baik. Bayangkan saja apabila pada zaman Nazi orang-orang Kristen berani bersuara untuk menentang Holocaust, tentu dunia akan berbeda (walau bisa jadi orang-orang Kristen malah jadi sasaran pembantaian selain orang-orang Yahudi dan kaum terbuang lainnya! Only God knows...).

Nah, kalau yang lagi aktual di Indonesia saat ini, akhir2 ini FPI makin bikin resah ya? Hukum pun gak dianggep sama mereka. Misalnya anggota DPR diusir FPI saat bertemu korban Orba/bekas PKI, atau patung mojang yang akhirnya dibongkar karena dianggap lambang trinitas.

Silakan baca beritanya di: http://www.terangdunia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=713%3Adituduh-lambang-trinitas-patung-tiga-mojang-harus-dibongkar&catid=49%3Anusantara&Itemid=74

Silakan baca komentar pematungnya di: http://oase.kompas.com/read/2010/06/21/01200467/Nyoman.Nuarta.Dapat.Dukungan.Cucu-5

UKURAN KEHEBATAN MANUSIA

Renungan Fellow News Minggu, 18 Juli 2010

Manusia sering mengukur dirinya dengan mengukur potensi dirinya, prestasi hidupnya, pokoknya sesuatu yang membanggakan. Tapi Alkitab sering mengingatkan manusia untuk menjadi orang yang bisa menguasai dirinya sendiri, karena kedagingan (emosi, nafsu, dsb) adalah hal yang sulit ditaklukkan oleh siapapun--termasuk orang yang selama ini kita anggap hebat atau berprestasi.

Amsal 16:32 berbunyi: "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." Jadi, mulailah dari memenangkan pertempuran terhadap diri sendiri, mulailah dengan menyerahkan semua kebanggaan diri ke tangan Tuhan. Itulah ukuran kehebatan manusia! Selamat menjalani minggu ini yaa.. [be]

MAKANAN KAMI YANG SECUKUPNYA— HIDUP YANG TENANG, SEDERHANA, DAN BIASA-BIASA SAJA

Artikel ini diangkat untuk melengkapi renungan khotbah Minggu, 1 Agustus 2010 yang berjudul Andalan Utama dalam Hidup.

“Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” ---Doa Bapa Kami

Selama 22 tahun, saya memahami kalimat tersebut sebagai: “Bapa, berikan kami makanan yang cukup, keluarga sederhana yang bahagia, serta rumah dan gaji yang biasa-biasa saja”. Terus terang, pemikiran kekanak-kanakan saya terganggu dengan kalimat tersebut. “Mengapa saya cuma boleh hidup biasa-biasa saja? Saya ingin kaya dan popular namun tetap menjadi orang baik, koq!” Pemikiran saya yang lebih dewasa akhirnya menerima ini sebagai, “Oke Bapa, saya mengerti kalau Engkau ingin aku hidup sederhana, tapi kalau Kau memberikan kekayaan yang lebih besar, saya berjanji bahwa saya tidak akan menjadi orang jahat. Janji!” Ini membuat saya berdoa Bapa Kami lebih lama dibandingkan orang lain.

Tapi suatu hari, setelah membaca sebuah artikel di website Kristen, saya membuka Yohanes 6:51: “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”

Jadi, kalimat dalam Doa Bapa Kami tersebut pun bukan berbicara tentang kekayaan jasmani; bukan mengenai makanan jasmani ataupun uang. Akan tetapi kalimat tersebut berbicara tentang Tuhan. Kita harus hidup untuk-Nya walaupun kita kaya ataupun miskin. Doa Bapa Kami tidak melarang saya untuk menjadi kaya. Tapi sekali lagi, kekayaan jasmani bukanlah pokok bahasan utamanya.

Sampai di sini, kesimpulannya adalah: “menjadi kaya itu tidak salah”. Namun kemudian pemikiran kritis saya bertanya, “Ada apa sih dengan kekayaan sehingga hal tersebut lebih disukai dibandingkan kehidupan yang tenang, sederhana, dan biasa-biasa saja?”. Saya telah melihat bahwa kebahagiaan yang sejati lebih banyak dimiliki oleh orang yang hidupnya sederhana dan biasa-biasa saja. Kebahagiaan mereka bukanlah karena bisa membeli kemewahan, tapi karena mereka bahagia dalam kondisi apapun. Karena itulah kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan yang sejati.

Tapi sekali lagi, kemewahan atau kekayaan sebenarnya tidaklah salah, yang salah adalah apabila kita terjerumus di dalamnya dan mengabaikan kebahagiaan sejati di dalam hidup kita.

Diterjemahkan secara bebas dengan perubahan seperlunya, dari artikel “Daily Bread — Tranquil, Simple and Moderate Living” oleh Marko Kanadi (kanadi.wordpress.com), salah satu pemuda Cibunut yang kini sedang kuliah di Jepang. [be]