Senin, 02 Agustus 2010

MAKANAN KAMI YANG SECUKUPNYA— HIDUP YANG TENANG, SEDERHANA, DAN BIASA-BIASA SAJA

Artikel ini diangkat untuk melengkapi renungan khotbah Minggu, 1 Agustus 2010 yang berjudul Andalan Utama dalam Hidup.

“Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” ---Doa Bapa Kami

Selama 22 tahun, saya memahami kalimat tersebut sebagai: “Bapa, berikan kami makanan yang cukup, keluarga sederhana yang bahagia, serta rumah dan gaji yang biasa-biasa saja”. Terus terang, pemikiran kekanak-kanakan saya terganggu dengan kalimat tersebut. “Mengapa saya cuma boleh hidup biasa-biasa saja? Saya ingin kaya dan popular namun tetap menjadi orang baik, koq!” Pemikiran saya yang lebih dewasa akhirnya menerima ini sebagai, “Oke Bapa, saya mengerti kalau Engkau ingin aku hidup sederhana, tapi kalau Kau memberikan kekayaan yang lebih besar, saya berjanji bahwa saya tidak akan menjadi orang jahat. Janji!” Ini membuat saya berdoa Bapa Kami lebih lama dibandingkan orang lain.

Tapi suatu hari, setelah membaca sebuah artikel di website Kristen, saya membuka Yohanes 6:51: “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”

Jadi, kalimat dalam Doa Bapa Kami tersebut pun bukan berbicara tentang kekayaan jasmani; bukan mengenai makanan jasmani ataupun uang. Akan tetapi kalimat tersebut berbicara tentang Tuhan. Kita harus hidup untuk-Nya walaupun kita kaya ataupun miskin. Doa Bapa Kami tidak melarang saya untuk menjadi kaya. Tapi sekali lagi, kekayaan jasmani bukanlah pokok bahasan utamanya.

Sampai di sini, kesimpulannya adalah: “menjadi kaya itu tidak salah”. Namun kemudian pemikiran kritis saya bertanya, “Ada apa sih dengan kekayaan sehingga hal tersebut lebih disukai dibandingkan kehidupan yang tenang, sederhana, dan biasa-biasa saja?”. Saya telah melihat bahwa kebahagiaan yang sejati lebih banyak dimiliki oleh orang yang hidupnya sederhana dan biasa-biasa saja. Kebahagiaan mereka bukanlah karena bisa membeli kemewahan, tapi karena mereka bahagia dalam kondisi apapun. Karena itulah kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan yang sejati.

Tapi sekali lagi, kemewahan atau kekayaan sebenarnya tidaklah salah, yang salah adalah apabila kita terjerumus di dalamnya dan mengabaikan kebahagiaan sejati di dalam hidup kita.

Diterjemahkan secara bebas dengan perubahan seperlunya, dari artikel “Daily Bread — Tranquil, Simple and Moderate Living” oleh Marko Kanadi (kanadi.wordpress.com), salah satu pemuda Cibunut yang kini sedang kuliah di Jepang. [be]

6 komentar:

  1. Halo,
    Mo nanggepin artikel ini. Sorry to say, tp gua ga begitu setuju dgn artikel ini. Karena :

    1. Roti hidup yang Tuhan berikan itu tidak perlu kita minta dengan SECUKUPNYA. Roti itu kan sebenernya Firman Tuhan sendiri. Masa kita minta secukupnya saja? Apa itu berarti klo kelebihan kita jadi ga suka? Gua pikir sih ga ada kata ‘kelebihan’ utk Firman Tuhan. Klo kekurangan mah ada, hehe.
    2. Dari alasan pertama, bisa disimpulkan bahwa MAKANAN itu adalah memang berkat jasmani. Makanya knp kita diajarkan oleh Yesus utk memintanya dengan SECUKUPNYA saja.
    3. Ini mungkin bukan alasan ketidaksetujuan secara langsung, tapi perlu diketahui bahwa Tuhan concern dengan kebutuhan jasmani kita. Jd jangan lah kita menganggap enteng berkat jasmani. Bahkan dari berkat jasmani yg Tuhan berikan, kita bisa jg mendapat berkat rohani (ketika kita menyadari bahwa Tuhan memelihara kita). Ada banyak contoh2 di Alkitab, misal pada saat bangsa Isreal di padang gurun Tuhan memberikan manna pada mrk (Keluaran 16), bahkan ketika mrk protes minta daging mrk dikasih burung puyuh (Bilangan 11:31). Contoh lain, Yesus memberi makan 5000 orng (Matius 14:13, dan ke-3 kitab injil lainnya). Tapi yg paling strong adalah ajaran Yesus tentang hal kekuatiran di Matius 6:25 : Krn itu … Janganlah kamu kuatir akan hidupmu, … makan atau minum, … pakaian ….

    Dari petikan Doa Bapa Kami ini menurut gua yg penting itu justrus kata SECUKUPNYA. Dari contoh2 alkitabiah yg ada di point nomor 3 di atas, Tuhan menentang keserakahan atas kebutuhan jasmani. Manna telah menjadi berulat dan berbau (ayat 20), daging burung puyuh itu mendatangkan kematian bagi yg serakah (ayat 33). Sedangkan bagian akhir dari Matius 6:25 : ….. Bukankan hidup itu lebih penting dari pada makanan …. Tuhan mau kita mengurusi kepentingan jasmani itu SECUKUPNYA aja, maka Dia mengajarkan Berilah pada hari ini makanan kami yang SECUKUPNYA.

    Another point, perikop Doa Bapa Kami dan Roti Hidup itu ga berkaitan secara langsung. Kalian bisa liat di bagian bawah tiap halaman Alkitab, ada referensi dari ayat2 di bagian Alkitab yang lain. Coba liat yg bagian Roti Hidup, di situ ga ada yg langsung mengacu ke Doa Bapa Kami. Dalam hal seperti ini kita perlu berhati2 me-link-kan ayat2 Alkitab. Bukannya ga boleh, tapi kita harus benar2 mengerti konteks suatu perikop itu dengan benar. Supaya jgn sampai kita jd tukang caplok ayat sesuka hati. Tau sendiri bahwa banyak ajaran sesat yg berawal dr asal caplok ayat. Btw, gua ga bilang yg nulis artikel ini sesat ya. Tentunya ada kebenaran dalam artikel ini, Cuma mungkin konteksnya kurang pas.

    Satu hal lg, CUKUP itu relatif. Buat kita orng berada, makan nasi daging sayur 3 kali sehari, punya baju layak, rumah nyaman, itu CUKUP. Buat yg kurang berada, makan nasi dan sayur 2 kali sehari, masih pake baju, rumah asal bisa berteduh, itu CUKUP. Buat orang kaya, makan nasi daging sayur 3 kali sehari, sekali2 makan di restoran elit, baju bolehlah bbrp buah yg bermerk, rumah nyaman (plus AC dan bbrp gadget lainnya), itu CUKUP. Apa indikasinya klo semuanya susah bukan SECUKUPNYA lagi? Klo berkat2 jasmani ini sudah menggeser Tuhan dalam kehidupan kita dan kesejahteraan menjadi tujuan utama hidup kita. Klo kita tidak bisa berdamai dengan diri kita sendiri dan mengingini rumput tetangga yg lebih hijau. Dan klo kita, dengan keberadaan kita, menjadi tidak peduli dgn sesama yg membutuhkan uluran tangan kita.

    BalasHapus
  2. Hi Tob, thanks masukannya…
    1. Kalo menurut gw sih mgkn maksud ayat ttg roti hidup dibahas dalam artikel ini bukan dalam artian bhw kita kalo minta Firman Tuhan secukupnya. Tapi hanya sekedar pengantar dr penulis bhw stlh baca tu ayat n artikel di website dia jd dapet tambahan pemahaman ttg makanan secukupnya yang dimaksud dalam Doa Bapa Kami tuh seperti apa...Let’s ask him! Hehehe…

    2. Yap, dari kalimat Doa Bapa Kami menurut gw memang tentang berkat jasmani yang harus kita minta SECUKUPNYA saja. Dan bener kata lu, CUKUP itu relatif. Buat orang kaya yang dianggep tidak mencukupkan diri misalnya kalau udah bisa punya mobil 1 tapi sirik pengen punya jaguar kayak anak pengusaha X biar beken. Sedangkan buat orang miskin yang dianggep tidak tidak mencukupkan diri misalnya kalau gak bisa nerima kenyataan kalo sehari2 kudu naik angkot, sirik dengan temennya yang bisa naik mobil.

    Namun, kata penulis artikel bener juga, bahwa jadi kaya secara materi gak salah ASALKAN kita tetap mencukupkan diri dengan yang ada sesuai dengan kondisi hidup, gak sirik dengan orang lain. Caranya? Entah kaya atau miskin, kita harus mengisi hidup kita dengan Roti Hidup itu...yaitu dengan mencukupkan diri dengan apa yang sudah ada (bersyukur), memiliki keyakinan dan punya paradigma bahwa Tuhan tahu apa kebutuhan kita, dan menggunakan kekayaan kita sesuai dengan kemauan Tuhan bukan kehendak daging kita. Plusss, punya keyakinan bahwa semua hal2 materi di dunia gak ada artinya kalo gak ada Tuhan dalam hidup kita. Well, mungkin hal ini jadi miss karena pokok bahasan utama penulis yaitu tentang ”emang orang Kristen gak boleh kaya?”.

    Yah itu sih dari sudut pandang gw yaa...ada pendapat lain temans? :) God bless...

    BalasHapus
  3. hmm..baru baca artikel lain juga..

    ttg kekayaan...


    PEKERJAAN DAN KEUANGAN
    A. ALLAH PEDULI DENGAN PEKERJAAN ANDA


    Bagaimanakah manusia bisa mendapatkan nafkah untuk membiayai kebutuhan hidupnya sehari-hari? Dengan jalan bekerja! Manusia diciptakan Allah untuk bekerja (Kej. 2:15). Perintah untuk bekerja diterima manusia sebelum jatuh dalam dosa (Kej. 1:28). Alkitab mencatat: “Enam hari lamanya engkau bekerja...” (Kel. 34:21). “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan (II Tes. 3:10). Kerja merupakan berkat, justru menganggur menjadi beban kehidupan (Pkh 5:17-19). Jadi bekerjalah dengan rajin, jangan bermalas-malasan (Ams. 6:6-11).
    Selama ini orang seringkali memisahkan antara pekerjaan yang sakral (yaitu menjadi rohaniwan di gereja) dan pekerjaan sekuler (mis: di dunia usaha/marketplace) Akibatnya timbul berbagai pandangan yang keliru, antara lain: Dunia usaha itu kotor dan perlu dihindari, tidak bisa berbisnis dan tetap hidup benar, Tuhan hanya tertarik pada dunia rohani bukan pada dunia bisnis, pelayanan itu hanya wilayah para rohaniwan, manfaat satu-satunya pebisnis bagi gereja adalah uang mereka.
    Sebetulnya tidak ada pemisahan pekerjaan yang “sekuler” atau “sakral/spiritual”. “Bukan apa yang dilakukan seseorang yang menentukan pekerjaannya itu rohani atau sekuler; melainkan alasan mengapa dia melakukannya” (A.W. Tozer). Allah menghargai berbagai macam pekerjaan ini karena hal ini juga digunakan untuk mencapai tujuan-Nya di dunia. (Mis: Pendeta -> memenuhi kebutuhan rohani.; dokter -> mengobati penyakit; pedagang -> mendistribusikan barang/makanan; ibu rumah tangga -> besarkan anak dengan kasih).


    Allah tidak hanya peduli pada kerohanian Anda, tetapi juga pada pekerjaan Anda. Dalam bahasa Ibrani, akar kata untuk “kerja” dan “beribadah” adalah sama yaitu “avodah”. Bilamana kerja diperuntukkan bagi kemuliaan Tuhan, maka kerja adalah ibadah (Kol. 3:22-25). Pekerjaan berubah menjadi pelayanan pada waktu kita menerapkan prinsip Alkitab dalam bidang tersebut. Allah mencari orang percaya yang berdedikasi untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tempat kerja, dan melayani serta menjangkau jiwa melalui profesi mereka. Kita harus menghadirkan Kerajaan Allah di dunia. Kerajaan Allah adalah segala tempat di mana Yesus diakui sebagai Raja. Sekali seminggu umat Allah berada di gedung gereja, tapi hari lainnya umat Allah ada di marketplace untuk menerangi dan menggarami masyarakat sekitar.


    B. PENATALAYAN YANG BERTANGGUNG JAWAB


    Dalam Alkitab ada 2.350 ayat yang berbicara tentang uang dan harta milik. Lebih banyak ayat mengenai uang dari pada ayat tentang surga dan neraka. Hal ini menyatakan bahwa Allah perduli bagaimana kita menangani kekayaan dan uang kita. Jadilah penatalayan yang baik dari milik Allah (I Kor. 4:2), yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh tuannya untuk setiap talenta yang Tuhan titipkan (Mat. 25:14-30). Tuhan adalah pemilik (owner), kita hanyalah manager (pengelola).

    BalasHapus
  4. Memiliki banyak uang dan menjadi kaya tidak berdosa. Namun, mencintai uang sangat berbahaya (I Tim. 6:9-10, 17). Banyak orang kaya tercatat di Alkitab (Abraham, Ayub, dll.), tetapi fokus mereka bukanlah kekayaan. Allah melimpahkan kekayaan pada mereka untuk digunakan memberkati orang lain. Uang dan kekayaan adalah alat, dan bukan tujuan hidup kita. Uang adalah hamba yang baik, tetapi tuan yang jahat. Walaupun uang penting, tetapi uang tidak kekal. Anda tidak akan membawanya ke liang kubur. Alkitab menasihatkan kita untuk mencari dan menyimpan harta yang kekal di surga, melalui kebajikan dan pemberian kita (I Tim 6:18-19, Luk. 12:33).


    Bolehkah orang Kristen kaya dengan cara berbisnis? Ya, jika motivasi hatinya benar. Untuk itu milikilah pandangan yang tepat dan Alkitabiah tentang berkat materi:


    PRINSIP
    TEOLOGIA KEMISKINAN
    TEOLOGIA KEMAKMURAN
    TEOLOGIA PENATALAYANAN

    Pandangan terhadap kekayaan
    Dosa
    Kebenaran
    Tanggung jawab

    Saya bekerja untuk?
    Sekedar memenuhi kebutuhan
    Agar jadi kaya
    Melayani Tuhan

    Orang benar
    Miskin
    Kaya
    Orang yang setia/ dapat dipercaya

    Orang berdosa
    Kaya
    Miskin
    Orang yang tidak setia

    Saya memberi karena?
    Kewajiban
    Untuk mendapatkan sesuatu nantinya
    Mengasihi Tuhan

    Dalam hal pemakaian uang?
    Diliputi rasa takut dan terpaksa
    Tidak hati-hati dan konsumtif/boros
    Berdoa dan bertanggung jawab

    BalasHapus
  5. PEKERJAAN DAN KEUANGAN
    A. ALLAH PEDULI DENGAN PEKERJAAN ANDA


    Bagaimanakah manusia bisa mendapatkan nafkah untuk membiayai kebutuhan hidupnya sehari-hari? Dengan jalan bekerja! Manusia diciptakan Allah untuk bekerja (Kej. 2:15). Perintah untuk bekerja diterima manusia sebelum jatuh dalam dosa (Kej. 1:28). Alkitab mencatat: “Enam hari lamanya engkau bekerja...” (Kel. 34:21). “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan (II Tes. 3:10). Kerja merupakan berkat, justru menganggur menjadi beban kehidupan (Pkh 5:17-19). Jadi bekerjalah dengan rajin, jangan bermalas-malasan (Ams. 6:6-11).
    Selama ini orang seringkali memisahkan antara pekerjaan yang sakral (yaitu menjadi rohaniwan di gereja) dan pekerjaan sekuler (mis: di dunia usaha/marketplace) Akibatnya timbul berbagai pandangan yang keliru, antara lain: Dunia usaha itu kotor dan perlu dihindari, tidak bisa berbisnis dan tetap hidup benar, Tuhan hanya tertarik pada dunia rohani bukan pada dunia bisnis, pelayanan itu hanya wilayah para rohaniwan, manfaat satu-satunya pebisnis bagi gereja adalah uang mereka.
    Sebetulnya tidak ada pemisahan pekerjaan yang “sekuler” atau “sakral/spiritual”. “Bukan apa yang dilakukan seseorang yang menentukan pekerjaannya itu rohani atau sekuler; melainkan alasan mengapa dia melakukannya” (A.W. Tozer). Allah menghargai berbagai macam pekerjaan ini karena hal ini juga digunakan untuk mencapai tujuan-Nya di dunia. (Mis: Pendeta -> memenuhi kebutuhan rohani.; dokter -> mengobati penyakit; pedagang -> mendistribusikan barang/makanan; ibu rumah tangga -> besarkan anak dengan kasih).


    Allah tidak hanya peduli pada kerohanian Anda, tetapi juga pada pekerjaan Anda. Dalam bahasa Ibrani, akar kata untuk “kerja” dan “beribadah” adalah sama yaitu “avodah”. Bilamana kerja diperuntukkan bagi kemuliaan Tuhan, maka kerja adalah ibadah (Kol. 3:22-25). Pekerjaan berubah menjadi pelayanan pada waktu kita menerapkan prinsip Alkitab dalam bidang tersebut. Allah mencari orang percaya yang berdedikasi untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tempat kerja, dan melayani serta menjangkau jiwa melalui profesi mereka. Kita harus menghadirkan Kerajaan Allah di dunia. Kerajaan Allah adalah segala tempat di mana Yesus diakui sebagai Raja. Sekali seminggu umat Allah berada di gedung gereja, tapi hari lainnya umat Allah ada di marketplace untuk menerangi dan menggarami masyarakat sekitar.


    B. PENATALAYAN YANG BERTANGGUNG JAWAB


    Dalam Alkitab ada 2.350 ayat yang berbicara tentang uang dan harta milik. Lebih banyak ayat mengenai uang dari pada ayat tentang surga dan neraka. Hal ini menyatakan bahwa Allah perduli bagaimana kita menangani kekayaan dan uang kita. Jadilah penatalayan yang baik dari milik Allah (I Kor. 4:2), yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh tuannya untuk setiap talenta yang Tuhan titipkan (Mat. 25:14-30). Tuhan adalah pemilik (owner), kita hanyalah manager (pengelola).

    BalasHapus